PRODUKSI MEDIA (SKOM4440) MODUL 8
KAMI MAHASISWA UPBJJ YOGYAKARTA FISIP ILMU PERPUSTAKAAN S1 TAHUN 2017
NAMA : CATUR KISWANA PUTRA
NIM : 021812568
ALAMAT : Jl. WANAGAMA 1, BANARAN 2, Rt : 08 Rw : 02 BANARAN, PLAYEN, GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA
ARINGKASAN MODUL 8
Tandiyo Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013) Buku Materi Pokok Produksi Media Jakarta: Universitas Terbuka.
Tata Kamera, Tata Cahaya Dan Artistik
Kompetensi Khusus:
Mahasiswa dapat menjelaskan: tata kamera,
sudut pandang kamera, tata cahaya artistik.
Proses pengambilan gambar atau eksekusi
produksi di lapangan dibutuhkan peralatan untuk merekam/mengabadikan gambar
gerak yaitu kamera video sebagai piranti utama yang dibantu dengan peralatan
penunjang: lighting set atau tata cahaya.
Kegiatan Belajar 1: Tata Kamera
Dua kategori kamera: berbahan dasar film seluloid dan
kaset video (talent image). Kamera memiliki fungsi vital dalam produksi
audiovisual. Agar saat pengambilan gambar tidak terjadi guncangan dan juga
untuk mendapatkan gambar gerak yang smooth moving, maka harus didukung
peralatan, seperti: tripod, filter lensa, scaffolding, dolly, flag, butterfly,
clapper, dsb.
1. Pergerakan
Kamera Video. Dua kategori pergerakan kamera: gerakan kamera berada di atas
penopang (tripod) dan gerakan kamera dengan body-nya. Pergerakan kamera
dimaksudkan agar mendapatkan dinamisasi, yaitu komposisi frame yang dapat
diatur sesuai konsep produksi sehingga gambar yang dihasilkan kaya ragam.
1. Gerakan
kamera di atas penopang (tripod): panning
(gerakan kamera video secara mendatar/horizontal ke arah kiri maupun
kanan), tilting (gerakan kamera
video secara vertikal ke arah atas dan ke bawah).
2. Gerakan
kamera video dengan body-nya: tracking
(gerakan kamera yang menggunakan alat bantu dolly-alat yang digunakan sebagai
penyangga tripod kamera yang memungkinkan kamera bergerak leluasa dan halus di
atas rel), craning (gerakan kamera
secara vertikal ke atas maupun ke bawah guna membantu pergerakan kamera secara
optimal yang tak mungkin dilakukan oleh camera operator dengan hand held maupun
dolly dengan menggunakan jimmyjip).
2. Framing.
Framing merupakan pemberian marking atau batasan area setting dari obyek yang
terekam kamera saat pengambilan gambar berlangsung.
1. Komposisi Framing, merupakan pengaturan
tata letak subyek pengambilan gambar menggunakan kamera. Komposisi framing
diperlukan untuk mendapatkan gambar yang baik, dapat berbicara, mempunyai
makna, lebih hidup, dan mewujudkan visual film agar tidak monoton. Selain itu
komposisi framing bertujuan untuk memberi informasi aksi maupun interaksi
subyek dan mengarahkan fokus penonton kepada subyek yang sedang direkam dengan
aksinya tersebut.
2. Type of Shot (tipe ukuran frame dan
mengacu pada tubuh manusia):
a. Close
Shot/Komposisi Padat: merekam bagian badan subyek secara padat/penuh.
b. Medium
Shot/Middle Shot/Komposisi Tengahan: merekam subyek setengah badan.
c. Long
Shot/Komposisi Lebar: merekam subyek secara penuh dengan batas atas head room
hingga kaki.
d. EDU
(Extreme Close Up): merekam penuh/padat dan lebih terpusat pada satu bagain
subyek.
e. BCU
(Big Close UP): merekam padat/wajah
subyek.
f. CU
(Close Up): merekam padat batas atas sampai batas bawah siku lengan bahu.
g. MCU
(Medium Close Up): merekam dengan batas atas subyek sampai batas bawah sejajar
perut.
h. MFS
(Medium Full Shot/Knee Shot): merekam batas atas subyek sampai atas lutut
sebagai batas bawah.
i. Full
Shot/Shot Lebar: merekam subyek secara utuh dan diberi sedikit ruang untuk head
room.
j. LS
(Long Shot): merekam subyek secara utuh dari jarak jauh dan interaksinya dengan
lingkungan sekitar.
k. ELS
(Extreme Long Shot): merekam subyek secara utuh dari jauh (melebihi long shot)
dan interaksinya dengan sekitar
Kegiatan Belajar 2: Sudut Pandang Kamera (Camera
Angle)
Camera angel merupakan teknik pengambilan
gambar dari sudut pandang tertentu untuk mengekspose aksi subyek. Camera angel
harus didukung oleh blocking, pergerakan kamera dan tata letak lampu.
A. High
Angle, Top Angle, Bird Eye View: High angle (merekam dari sudut atas subyek
hingga bagian atas subyek lebih terespose), top angle (merekam subyek tepat
dari sudut atas), bird eye view (merekam subyek lebih dramatis dan dinamis,
misalnya merekam mata burung dari atas).
B. Eye
Level, Profil Shot: eye level (merekam subyek sejajar dengan tinggi camera
shooter), profil shot (merekam subyek sejajar dengan tinggi camera shooter
namun sedikit dimiringkan).
C. Low
Angle, Frog Eye Level: low angel (merekam subyek dari sudut bawah), frog eye
level (merekam subyek dari sudut bawah namun kamere disetting setinggi kaki).
D. Over
Shoulder: merekam subyek dari sudot pandang belakang subyek/punggung.
E. Walking
Shot, Fast Road Effect: walking shot (menempatkan subyek lebih berat di sebelah
kiri atau kanan berlawanan arah gerakannya), fast road effect (efek kamera
secara cepat merekam gerak subyek sehingga memunculkan efek blur).
F. Artificial
Shot: untuk memperindah shot dengan nuansa estetis, biasanya di alam terbuka
dengan insert, misalnya dedaunan di depan kamera.
G. Reflection
Shot: pengambilan gambar di mana subyek berada di depan cermin.
H. Tripod
Transition: pengambilan gambar melalui pergerakan kamera on tripod dengan
framing yang terbatas namun dengan area yang luas, sehingga kamera secara aktif
mengarah pada kedudukan subyek.
I. Back
Light Shot: pengambilan gambar dengan posisi kamera menghadap pada sumber
cahaya.
J. Single
Shot, 2 shot, Group Shot: single shot
(gambar satu subyek), 2 shot (gambar dua subyek), group shot (gambar sekelompok
subyek).
K. Follow
Sheet: shot yang dihasilkan dari pengambilan mengikuti pergerakan subyek.
L. Establishing
Shoot: shot yang menggambarkan latar peristiwa.
M. Zooming:
merupakan pergerakan lensa kamera untuk menghasilkan shot dengan pengambilan
gambar dari jarah jauh.
N. Head
Room: ruang jeda semu di atas kepala subyek.
O. Blur:
gambar tampak buram/tidak fokus.
P. Fading:
tampilan gambar yang muncul atau menghilang secara perlahan pada layar yang
berfungsi sebagai pengakhir babak atau peringkas waktu untuk menghilangkan
adegan yang tidak perlu.
Q. White
Balance: standarisasi warna sebagai akibat dari cahaya yang tertangkap lensa
kamera. Cahaya yang tertangkap saat pengambilan gambar di ruang akan berbeda
dengan saat pengambilan di luar ruang.
R. Garis
Imajiner: garis khayal yang membatasi arah pandang kamera untuk menjaga posisi
subyek antar frame.
S. Kontinuitas
Gambar Dalam Film: bisa saja saat pengambilan gambar telah dilakukan lengkap
dengan segala stock shot. Namun, ternyata setelah hasil masuk ke editing masih
ada yang janggal/tidak wajar. Oleh karena itu, dalam proses editing harus
memperhatikan gambar-gambar yang telah didapat dari shot harus membentuk
bangunan ceritera (alur ceritera) yang jelas.
Kegiatan Belajar 3: Sudut Tata Cahaya dan
Artistik
Fungsi tata cahaya dalam secara teknis
adalah membangun kesan suasana pada karya audiovisual, membangun harmonisasi sehigga
rasionya tidak kontras, dan membantu kamera menangkap kesan subyek yang
diterangi.
A. Sumber
Cahaya
1. Available
Light, merupakan cahaya alam: matahari (daylight), cahaya bulan, cahaya
bintang, cahaya dari api, binatang yang mengeluarkan cahaya, dsb. yang dapat
memberi kesan lebih alami. Cahaya alam memiliki kelemahan: intensitanya tidak
dapat ditentukan, waktu berpengaruh pada intensitas cahaya sehingga akan
perpengaruh terhadap hasil gambar, dan kondisi alam (berawan) juga akan
berpengaruh pada intensitas cahaya. Cahaya yang tertangkap kamera video bisa
jadi akan berbeda dengan cahaya yang tertangkap oleh mata manusia. Oleh karena
itu, camera operator harus mengenali kepekaan kamera.
2. Artificial
Light, merupakan cahaya yang dihasilkan dari rekaan/buatan manusia: cahaya
lampu. Contoh jenis lighting set: blonde, black head, red head, kino flow,
barsdoor, dsb.
B. Tata
Cahaya Dasar. Empat lighting set yang digunakan dalam tata cahaya dasar adalah:
1. Key
Light, cahaya utama yang berfungsi sebagai penerang utama pada subyek.
2. Fill
Light, cahaya tambahan untuk mengisi bagian lain yang berlawanan dengan key
light dan berfungsi untuk mengimbangi key light.
3. Back
Light, cahaya tambahan yang mengarah di bagian belakang subyek guna menciptakan
kesan ruang 3 dimensi.
4. Available
Light, cahaya pendukung yang berfungsi sebagai penegas suasana, misalnya untuk
mendunkung suasana mistis, suasana siang hari.
C. Tata
Cahaya Di Lapangan Produksi. Tata cahaya harus dikonsep secara serius sebelum
pra produksi, sehingga akan dapat ditentukan jumlah lampu guna menciptakan mood
dan harmonisasi. Hal lain dalam tata cahaya: arah lampu, derajat sudut lampu,
intensitas lampu yang dapat diatur, komposisi warna, rasio cahaya, bounching
(cahaya yang dipantulkan dengan reflektor), dan perbandingan antara hi-light
(bagian yang terang) dan shade (bagian yang paling gelap), serta standar warna
dasar (white balance). Dalam rekaman in-door concept, perlu survei terlebih
dahulu, menempatkan lampu dengan posisi eye level dan menggunakan kerangka dari
besi (rigging).
D. Artistik.
Art director harus memiliki keahlian: menciptakan rekayasa bentuk, mengatur
tata letak, memahami tata warna, tata cahaya, komposisi framing dan pengadegan,
sehingga tercipta: kreativitas seni, simulasi ruang, estetika interior, dan
piranti-piranti. Hasil kreativitas seni akan dikaitkan dengan: waktu, tempat
dan karakter.
1. Konstruksi
Bentuk. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah:
a. keselarasan
warna (warna natural - warna yang muncl dari benda-benda alami - dan artificial
– warna yang dihasilkan dari campur tangan manusia),
b. bentuk
property (bisa bulat, segitiga, kotak, kurva, titik dan garis, atau 2 dimensi
dan 3 dimensi, atau kombinasi bentuk),
c. bahan
dasar material (natural dan artificial) yang berfungsi sebagai memperindah
setting artistik), dan
d. pencahayaan
(untuk menghasilkan kepekaan benda-benda atau property yang tampak pada frame).
2. Menata
Ruang Artistik secara Lapisan/Layering, berfungsi untuk menata properti. Penata
layering: melingkar dan mendatar/melebar. Layering ini untuk pencocokan,
harmonisasi, dan penonjolan properti.
E. Wardrobe
dan Make-up
1. Wardrobe,
merupakan segala macam kostum dan atribut yang dipersiapkan untuk keperluan
produksi dan berfungsi sebagai informasi penting penunjang karakter, membangun
suasana, dan estetika.
2. Make-up,
berkaitan dengan karakter dan berfungsi untuk peneguhan karakter seorang
talent. Make-up diharapkan senatural mungkin, tidak berlebihan namun membantu
penonton memahami karakter.
0 komentar:
Posting Komentar